Selasa, 07 Agustus 2012

MAKALAH BAHASA INDONESIA DASAR DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH




MAKALAH BAHASA INDONESIA DASAR DASAR 
PENULISAN KARYA ILMIAH
















Disusun oleh:

Aris Setiawan        D200 080 089







FAKULTAS TEKNIK JURUSAN MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I   PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang................................................................................................. 1
B.      Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C.      Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB II  PEMBAHASAN
            A.  Memunculkan Gagasan.................................................................................. 3
                   1.1 Pengalaman............................................................................................. 3
                   1.2 Pengamatan............................................................................................. 3
                   1.3 Imajinasi................................................................................................... 4
                   1.4 Pendapat/Keyakinan................................................................................ 4
            B.  Pengmpulan Informasi.................................................................................... 4
                   2.1  Penetapan Tujuan................................................................................... 4
                   2.2  Perancangan Tulisan............................................................................... 5
                   2.3  Penulisan................................................................................................. 5
                   2.4  Penyuntingan/Revisi................................................................................ 5
                   2.5 Prinsip Penulisan...................................................................................... 5
                          a. Kurang percaya diri.. ........................................................................... 6
                         b. Kesulitan dalam menentukan kata pembuka atau kata permulaan....... 6
                         c. Ketajaman analisis yang kurang........................................................... 6
                         d. Alur pikir kurang jelas.......................................................................... 7
                         e. Sering terjadinya pengulangan kata / kalima........................................ 7


BAB III SARAN
            A. Tingkatkan rasa percaya diri.......................................................................... 8
            B. Gunakan Rumus TOP – KUAT..................................................................... 8
            C. Diskusi dan Perbanyaklah Membaca............................................................. 8
            D. Gunakan Pola Bagan / Plot, dan Kalimat Sambung....................................... 9
            E. Perkaya Kosakata (perbendaharaan kata) ...................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Menulis pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang dapat dengan
mudah dilakukan oleh setiap orang (terutama bagi yang telah bebas B3 :
Buta Huruf, Buta Aksara dan Buta Pengetahuan Dasar). Namun
kenyataannya, banyak orang yang mengaku tidak bisa atau tidak pandai
menulis, meskipun dia adalah seorang sarjana. Hal ini dapat dipahami, sebab
menulis bukan semata-mata aktivitas untuk merangkaikan huruf menjadi
kata, dan merangkaikan kata menjadi kalimat. Lebih dari itu, menulis adalah
upaya merangkaikan ide, gagasan dan atau pemikiran kedalam kalimat
secara permanen, sehingga dapat dimengerti / dipahami oleh pihak lain,
bahkan dapat digunakan untuk mempengaruhi ide, gagasan dan atau
pemikiran orang lain.                                              
Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa menulis merupakan
suatu aktivitas yang gampang-gampang susah. Artinya, untuk sekedar
memindahkan ide, gagasan, atau bahasa lisan kedalam bahasa tertulis,
adalah sesuatu yang cukup mudah. Namun untuk mampu menyusun
sistematika pemikiran, penggunaan ejaan dan tanda baca yang baik, serta
kedalaman dan ketajaman materi, adalah sesuatu yang sangat sulit. Untuk
itu, keterampilan dan kemampuan menulis harus terus dibina / dilatih dengan
disertai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam aspek-aspek
yang terkait dengan penulisan.
Disamping itu, dalam era informasi dan komunikasi canggih saat ini,
kemampuan menulis sangat dibutuhkan oleh seluruh profesi yang ada. Oleh
karena itu, meskipun sistem informasi dan komunikasi dewasa ini cenderung
semakin paper-less, namun kemampuan menulis tidak mungkin dapat
diabaikan, apalagi dihilangkan.

     B.   Perumusan Masalah
    Perumusan masalah dalam dasar-dasar penulisan karya ilmiah ini adalah: bagaimana mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan dasar-dasar penulisan karya ilmiah dengan baik dan benar.


C. Tujuan Penulisan
Menulis dapat dikatakan sebagai suatu proses kreatif. Artinya,
menulis merupakan kegiatan yang mengandalkan kepada kemampuan pikir
(intelektual) yang tidak dimiliki sembarang orang. Disamping itu, suatu
tulisan yang baik harus pula melalui proses untuk mengorganisasikan ide
atau gagasan, serta fakta-fakta yang ada, sehingga tulisan tersebut dapat
dipahami secara jelas, sistematis, serta mampu memenuhi tujuannya. Dan
akhirnya, dalam menulis-pun dibutuhkan keterampilan untuk mengolah data
maupun berbagai referensi yang dapat mendukung dan memberi bobot lebih
pada tulisan yang kita susun.
Selanjutnya dari proses tersebut, masih dibutuhkan pengetahuan dan
atau kemampuan lain, yakni metode atau teknik penulisan. Dengan dua
macam kemampuan ini, barulah dapat dihasilkan sebuah tulisan, baik
kategori ilmiah maupun non ilmiah. Dengan kata lain, hanya orang-orang
kreatiflah yang akan dapat menjadi penulis yang baik.
Dalam kaitan ini, untuk dapat menjadi seorang penulis yang baik,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah perbanyaklah membaca.
Sebab, dengan banyak membaca ini, paling tidak akan didapatkan tiga
keuntungan sebagai berikut :

1. Dengan banyak membaca, seseorang dapat memperkaya ide dari berbagai
sumber informasi. Dan semakin banyaknya dimiliki ide ini, seseorang
akan semakin mampu memilah ide yang perlu dan up to date, atau ide
yang tidak perlu, usang dan out of date.

2. Dengan banyak membaca, seseorang akan dapat mengetahui selera
pembaca. Dan kemampuan mengetahui selera pembaca akan
memungkinkan seseorang untuk mengarahkan tulisannya sesuai selera
dan keinginan pembaca. (contoh : selera pembaca Femina dan Gatra
tidaklah sama).

3. Dengan banyak membaca, seseorang dapat belajar mengenai bagaimana
seorang penulis menyampaikan dan mengorganisasikan ide atau gagasan,
menyusun kalimat yang efektif, dan sebagainya.





BAB II
PEMBAHASAN

Bagi seseorang yang telah terbiasa menulis, tahapan-tahapan yang
dilaluinya sering tidak teratur. Misalnya, begitu ada ide atau gagasan yang
muncul tentang suatu fenomena, dia langsung menuangkan secara analitis
dalam tulisan, dan setelah itu baru mencarikan konteks (latar belakang) yang
sesuai dengan ide atau gagasannya tersebut, atau memperkaya dengan
bahan-bahan pembanding lainnya. Akan tetapi bagi seseorang yang belum
terbiasa menulis, beberapa tahapan dibawah ini dapat membantu untuk
mempermudah penulisan.
Dalam hal ini, menurut Semi (1990 : 11-15) ; Karim (1989 : 5-6) ;
Widyamartaya (1978 : 9-14), tahapan menulis dapat disusun sebagai berikut.

A. Memunculkan gagasan
Oleh karena tulisan merupakan kumpulan gagasan, maka tidak ada
tulisan yang tidak mengandung gagasan. Sehubungan dengan hal
tersebut, langkah pertama adalah mencari, menggali dan atau
memunculkan gagasan.                                                             
Selanjutnya apabila ide / gagasan telah muncul, perlu dilakukan
pencatatan terhadap setiap ide yang muncul (seringkali datang dengan
seketika). Ide yang muncul pertama kali ini dapat disamakan dengan
inspirasi atau ilham, yang tentu saja belum tersusun secara sistematis.
Oleh karena itu, untuk dapat melakukan sistematisasi, sekaligus untuk
membantu ingatan, maka apapun, kapanpun dan dimanapun gagasan / ide
muncul, hendaknya langsung dituangkan kedalam catatan kecil.
Adapun gagasan, ide atau masalah ini dapat diperoleh atau digali melalui
empat sumber, yakni :

1.1 Pengalaman
Setiap peristiwa yang menimpa seseorang (misalnya mendaki gunung,
hidup masa muda di pedesaan, susahnya mencari pekerjaan, menolong
kecelakaan, dan sebagainya) dapat dimanfaatkan sebagai sumber ide,
khususnya dalam segi-segi yang menarik, dan bukan semata-mata
proses kejadian dari peristiwa tersebut.

1.2 Pengamatan
Banyak peristiwa yang terjadi disekeliling kita yang sifatnya sekali
terjadi (einmalig) atau berulang (siklis). Terhadap peristiwa tersebut,
seringkali dibiarkan dan diabaikan begitu saja terjadi. Namun bagi
orang-orang tertentu peristiwa tersebut mungkin menarik
perhatiannya, sehingga selalu diikuti dan diamati, dengan disertai
pertanyaan-pertanyaan : mengapa terjadi, kapan telah terjadi dan akan
terjadi lagi, apa tanda-tanda kejadiannya, dan sebagainya.
Pengamatan terhadap sesuatu yang melekat atau menyertai peristiwa tertentu ini
dapat disebut sebagai fenomena atau gejala.
Contoh : mengapa di musim kemarau banyak terjadi perceraian di Kuningan, Indramayu
dan sekitarnya ; mengapa produktivitas organisasi mengalami
penurunan. Berbagai hasil pengamatan inilah yang bisa dijadikan
sebagai sumber atau bahan tulisan.

1.3 Imajinasi
Pengalaman dan pengamatan berangkat dari sesuatu yang riil dan
konkrit, sedangkan imajinasi adalah penggambaran tentang sesuatu
yang semu / maya dan abstrak. Namun imajinasi dapat pula dibentuk
oleh pengalaman atau pengamatan, yang kemudian diberi nilai-nilai
yang “abstrak” tadi. Contoh : kehidupan di penjara adalah konkrit
bagi nara pidana, namun kitapun dapat mengimajinasikan hidup dan
tinggal di penjara. Inilah salah satu sumber / bahan penulisan, yang
membutuhkan daya khayal tinggi.

1.4 Pendapat / Keyakinan
Pendapat biasanya bersifat subyektif, yang menunjukkan sikap atau
pandangan seseorang terhadap obyek tertentu. Misalnya adalah
pendapat tentang kelakuan / perilaku selebritis, tentang keindahan
suatu lukisan, tentang kebijakan yang ditempuh pemerintah dibidang
ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, seseorang juga mempunyai
keyakinan, misalnya tentang sesuatu yang gaib, tentang akan
terjadinya letusan gunung merapi, dan sebagainya. adanya pendapat
dan keyakinan ini dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan
tulisan.                                                               

B. Pengumpulan Informasi
Langkah berikutnya adalah mengumpulkan informasi dan data yang
relevan dengan topik atau pokok bahasan yang akan ditulis. Hal ini
diperlukan untuk memperlengkap dan memperkaya bahan penulisan,
sehingga dapat dihindari pengungkapan dan isi tulisan yang monoton.
Data dan informasi ini dapat berupa gambar, angka statistik, grafik,
pendapat para pakar, dan sebagainya.

2.1 Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan tulisan merupakan tahap yang cukup penting, sebab
tujuan penulisan sangat berpengaruh terhadap bentuk, panjang dan cara
penyajian tulisan. Tujuan ini dapat berdiri sendiri, tetapi lebih sering
merupakan gabungan dari beberapa tujuan. Adapun tujuan yang biasanya
dimiliki oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Memberikan arahan, yakni memberi petunjuk kepada orang lain
dalam mengerjakan sesuatu, misalnya cara menjalankan mesin.
b. Menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan
tentang sesuatu yang harus diketahui orang lain, misalnya manfaat
olah raga bagi kesehatan jantung, pentingnya lingkungan hidup.
c. Menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang sesuatu
peristiwa yang berlangsung disuatu tempat dan suatu waktu, misalnya
tentang perjuangan P. Diponegoro, kerusuhan dan penjarahan di
Jakarta.                             
d. Meringkaskan, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga
menadi lebih singkat.
e. Meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan, mempengaruhi
dan atau mempengaruhi pendapat dan sikap orang lain.
Berikut ini dikemukakan be berapa contoh tulisan singkat, dan Anda
diminta untuk menentukan jenis tujuannya.

2.2 Perancangan Tulisan
Merancang tulisan diartikan sebagai kegiatan penilaian kembali informasi
dan data, pemilihan sub topik, penetapan bentuk / panjang tulisan, serta
penulisan outline / bagan atau plot karangan atau tulisan.
Bagan, otline atau plot dari tulisan ini dapat menggunakan beberapa pola.

2.3 Penulisan
Ini dapat dikatakan sebagai tahap terpenting dari proses penulisan secara
keseluruhan. Dalam tahap ini, jangan dilupakan tentang hal-hal : tujuan
penulisan, sasaran pembaca, pemilihan kalimat yang efektif, dan
sebagainya.

2.4 Penyuntingan / Revisi
Setelah draft tulisan selesai, ada baiknya kita baca ulang dalam
kedudukan kita sebagai pembaca. Dari proses baca ulang ini bisa jadi
akan ditemukan kesalahan atau kejanggalan, baik dalam hal tanda baca,
kesinambungan antar paragraf, akurasi data, efektivitas kalimat (apakah
terjadi pengulangan yang tidak perlu), dan sebagainya. Jika ternyata ada
kesalahan atau kejanggalan ini, maka perlu diadakan perbaikan / revisi.
Proses perbaikan setelah selesai tersusun draft tulisan inilah yang disebut
editing atau penyuntingan.

2.5 Prinsip Penulisan
Untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik dan menarik, lugas dan
tuntas, serta enak dibaca dan perlu, maka seorang penulis harus
memperhatikan prinsip penulisan. Menurut Carl Goeller (dalam Semi, 1990 :
16), suatu tulisan hendaknya memenuhi prinsip ABC (Acuracy, Brevity,
Clarity), atau akurat, singkat dan jelas.
Tulisan yang akurat, artinya segala sesuatu yang dikemukakan dalam
tulisan memberi keyakinan kepada pembaca, karena informasi atau
gagasan yang disampaikan adalah sesuatu yang masuk akal, atau dirasakan
sebagai sesuatu yang benar. Nama-nama atau data yang dikemukakan
dituliskan dengan tepat, dan tidak ada pernyataan yang terlalu luas dan
umum, sehingga dapat dipahami dengan mudah serta tidak
menimbulkan prasangka.
Tulisan yang singkat, artinya tulisan itu hanya menyatakan apa yang
perlu dan patut dikatakan, dan tidak melebih-lebihkan suatu fakta.
Penggunaan bahasa juga tidak menimbulkan kesan menggurui, dan cukup
menggunakan kata-kata yang secara umum telah banyak diketahui banyak
orang.


Tulisan yang jelas, artinya tulisan itu mudah dipahami pembaca,
seolah-olah ia sedang berhadapan dengan penulis. Dengan kata lain, tulisan yang jelas adalah tulisan yang bagi pembaca dinilai informatif dan komunikatif.
Prinsip-prinsip ini dapat diukur dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tertentu menurut 5W+1H.

   a.      Kurang percaya diri
Ketika dihadapkan pada suatu kasus yang harus dianalisa / dipecahkan –
apalagi secara tertulis – sebagian besar orang selalu berpikir bahwa saya
tidak bisa. Lebih-lebih jika dalam komunitas lingkungannya terdapat
satu atau beberapa orang yang bisa menulis, maka ia cenderung
menyarankan agar orang itulah yang mengerjakan tugas. Padahal orang
yang bisa menulis belum tentu merasa lebih pandai dibanding temannya.
Disamping itu, bentuk rasa kurang percaya diri dapat terlihat bahwa
seseorang malu jika tulisannya dibaca orang lain.
Kerugian dari kendala ini adalah bahwa ia tidak akan segera tahu
kelemahannya ; dan kalaupun ia mengetahuinya maka ia kurang terpacu
untuk memperbaiki kelemahannya tersebut.

   b.     Kesulitan dalam menentukan kata pembuka atau kata permulaan
Ide / gagasan yang menumpuk di kepala, kadang begitu sulit ditransfer
dalam bentuk tertulis. Seorang orator ulung, belum tentu seorang penulis
yang baik ; sebaliknya, seorang yang kurang mampu berdebat secara
sistematis, belum tentu tidak memiliki kemampuan untuk menulis secara
baik. Sebab, suatu ide / gagasan dapat ditransfer melalui dua macam cara,
yakni secara lisan dan secara tertulis. Idealnya, setiap orang memiliki
kedua jenis kemampuan ini. Kesulitan dalam menentukan kata pembuka
ini sama artinya dengan kebingungan dalam menentukan pijakan awal
tulisan. Padahal, ketepatan dalam menentukan kata pembuka ini akan
menentukan minat pembaca untuk mengetahui seluruh isi tulisan.

   c.       Ketajaman analisis yang kurang
Sering terjadi bahwa suatu analisis tertulis tidak mampu mendekati
permasalahan secara komprehensif (dari berbagai sudut pandang / aspek).
Suatu kajian yang khusus dilihat dari aspek tertentupun (ekonomi, sosial,
politik, dan sebagainya), sering dinilai “dangkal atau sempit”.

    d.      Alur pikir kurang jelas
Tidak jarang terjadi bahwa suatu tulisan yang cukup panjang (10 halaman
atau lebih) ternyata tidak mengandung pesan (message) tertentu sebagai
gagasan pokok (main idea) si penulis. Lebih dari itu, isi alinea yang satu
dengan alinea yang lain seperti berdiri sendiri dan tidak ada kaitan.
Dalam keadaan demikian, tentulah seorang pembaca akan kesulitan
memahami keinginan dan jalan berpikir atau alur pikir si penulis.

    e.        Sering terjadinya pengulangan kata / kalimat
Sering kita temui, dalam satu tulisan – bahkan dalam satu kalimat –
terjadi pengulangan kata yang tidak perlu. Hal ini selain kurang menarik,
juga tentu saja memperlihatkan kepada pembaca bahwa si penulis
kekurangan kosa kata (perbendaharaan kata). Dalam keadaan demikian,
dapat dipastikan bahwa pembaca kurang tertarik, dan akhirnya
memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca tulisan tersebut.





BAB III
SARAN

A.  Tingkatkan rasa percaya diri
Ingatlah kata klasik yang mengatakan bahwa jika orang lain bisa, maka
saya-pun pasti bisa. Jangan sekali-kali berpikir bahwa tulisan saya
harus bermutu / berbobot. Perlu diketahui bahwa tidak ada penulis besar
yang jadi dengan tiba-tiba. Pada tahap awal, semua calon penulis
mengalami ‘sindrom’ ini.
Perlu diketahui bahwa dikaitkan dengan mutu / bobot tulisan, pada
dasarnya tidak ada seorang penulis-pun yang merasa tulisannya dapat
dinilai baik. Bahkan sering terjadi si A menilai tulisan si B lebih baik
dibanding tulisannya ; sementara si B justru menilai tulisan si A lebih
baik dibanding tulisannya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan rasa
percaya diri, hindarkanlah melakukan penilaian terhadap tulisan diri
sendiri, serta pikirkanlah bahwa orang lain pasti menilai tulisan kita baik.
                                  
B.  Gunakan Rumus  TOP – KUAT
Memang, kata pembuka tidaklah sepenting judul. Namun jagalah agar
pembaca sudah tidak tertarik dengan kalimat pertama yang Anda
gunakan. Untuk itu, beberapa kata pembuka disini dapat dijadikan ancarancar.
T (tema) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang merupakan
tesis atau pernyataan tema.
O (omogan) = mulailah dengan suatu percakapan atau dialog yang
berkaitan dengan tema
P (perbuatan) = mulailah dengan suatu tindakan.
K (kuriositas) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang akan
membangkitkan rasa ingin tahu.
U (ungkapan) = mulailah dengan suatu ungkapan, peribahasan, kutipan.
A (anekdot) = mulailah dengan menceritakan pengalaman, kisah kecil
atau anekdot yang dapat menampilkan tema yang
ditulis.
T (tanya) = mulailah dengan suatu pertanyaan, baik yang sungguhsungguh
ingin dijawab maupun yang tidak ingin dijawab
(retoris).

C.  Diskusi dan Perbanyaklah Membaca
Kedalaman dan ketajaman analisis tulisan hanya dapat diatasi dengan
memperbanyak diskusi dengan teman atau orang lain, menghadiri banyak
seminar dan acara ilmiah lain, serta dengan menggiatkan kegemaran
membaca. Yakinlah bahwa ketajaman dan kedalaman analisis tulisan
orang lain semata-mata disebabkan karena ia lebih dahulu membaca buku
dibandingkan kita.



D.  Gunakan Pola Bagan / Plot, dan Kalimat Sambung.
Ketika kita mengalami kesulitan untuk menyambungkan paragraf yang
satu dengan paragraf yang lain, atau ide yang satu dengan ide yang lain,
gunakan atau pilih beberapa outline, bagan atau plot yang sesuai dengan
selera Anda. Disamping itu, Anda dapat memanfaatkan pemmakaian beberapa kata sambung,
misalnya : oleh karena itu, sehubungan dengan hal tersebut, meskipun
demikian, mengingat hal tersebut diatas maka dari uraian diatas
jelaslah kiranya bahwa dengan kata lain, dan sebagainya.
Untuk mengurangi kesalahan dan kelemahan dalam alur tulisan, dapat
pula digunakan beberapa kaidah penggunaan paragraf baru sebagai
berikut:
a. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada peralihan waktu, misalnya :
satu minggu kemudian.
b. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada peralihan tempat, misalnya: tidak jauh dari situ.
c. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada pergantian penekanan atau
pandangan, misalnya : dari lain pihak.
d. Paragraf baru biasanya digunakan untuk menguraikan atau
menceritakan hal baru yang mirip dengan hal yang sudah dibicarakan
sebelumnya, misalnya : tidak jauh berbeda dengan hal itu.
e. Paragraf baru biasanya digunakan jika ingin membandingkan atau
mempertentangkan hal satu dengan yang lain, misalnya : hal tersebut
apabila dibandingkan dengan.

E.  Perkaya Kosakata (perbendaharaan kata).
Jangan biasakan mengulang kata yang sama untuk menunjukkan hal /
obyek yang sama. Misalnya, gunakan istilah masyarakat, rakyat, warga,
anggota komunitas, untuk menggambarkan sekelompok orang yang
tinggal di suatu teritorial tertentu.                     











DAFTAR PUSTAKA

M. Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang : Angkasa Raya.
M. Rusli Karim. 1989. Metode Penulisan Ilmiah. Yogyakarta : makalah tidak diterbitkan.
Widyamartaya. 1978. Kreatif Mengarang. Yogyakarta : Kanisius. 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar